Senin, 10 Juni 2013
Posted by Unknown
Peran Orang Tua Terhadap Bakat Anak
Pembaca yang budiman. Apakah anda masih ingat dengan film yang disutradarai oleh Amir Khan? Film itu berjudul Taare Zameen Par.
Film tersebut berbicara tentang bagaimana mendidik anak yangg baik dan
memberinya kebebasan memilih. Orang tua merupakan guru yang paling baik
bagi anak, terutama dalam segala hal. Terutama ibu, yang disebut sebagai
“alumu madrosat alula…” ibu merupakan sekolah yang pertama bagi anak.
Tetapi berapa banyak orang tua yang peduli terhadap anaknya? Apalagi sang ayah. Ayah merupakan kepala keluarga, tetapi tugasnya hanya mencari nafkah dan terkesan hanya tau beres saja. Justu sang ibu lah yang lebih berperan terhadap perkembangan anak seorang diri. Jadi tak heran jika anak lebih dekat kepda ibunya ketimbang kepada ayah (meski tidak kebanyakan).
Dalam film Taare Zameen Par begitu tampak jelas bagaimana sang ayah yang ingin menjadikan anak keduanya pintar seperti anak pertamanya (kakak). Tetapi sayang, sang ayah yang terkesan hanya ini tau beres, tidak pernah memikirkan keinginan dan kondisi psikologi anaknya. Sehingga sang anak dipaksa untuk menuruti kehendak orang tuanya. Apakah ini pendidikan ?? sebagai praktisi pendidikan, secara tegas saya katakan bahwa yang demikian itu adalah pemeksaan, buan pendidikan.
Dalam pendidikan masa kini, pendidikan harus sesuai dengan bakat dan minat anak. Tidak boleh ada unsur pemaksaan dari pihak manapun, termasuk orang tua. Untuk itu, orang tua harus pintar dalam melihat bakat anaknya. Sang anak tersebut lebih dominan ke yang mana dari delapan kecerdasan yang sudah ada. Apakah lebih ke Linguistik, Musikal, Sparsial, Interpersonal atau yang lainnnya.
Jangan sampai salah menempatkan bakat anak. Cara yang lebih tepat adalah dengan menuruti mana yang ia pilih dari delapan bagian yang ada. Dengan demikian, sudah seharusnya sebagai orang tua memberikan kebebasan untuk anak dalam menentukan pilihannya. Selama pilihan itu tidak keluar dari jalur aqidah sang anak. Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh orang tua sebenarnya disini.
Ibu hanya bertugas mengurus anak, sedangkan ayah hanya mengurus nafkah. Sedangkan ayah hanya terima beres saja, jika ada yang tidak sesuai dengan anak maka ayah akan marah dengan sejadi-jadinya. Tak selayaknya ayah melakukan tindakan seperti itu, padahal yang mengurus anak hanyalah ibu. Saya akan mempersilakan ayah memarahi anaknya apabila ayah juga sama-sama memiliki tugas yang sama dalam mengurus anak-anaknya.
Ingat, ayah itu kepala keluarga. Jadi sudah seharusnya mengerti betul akan semua kebutuhan anak-anaknya. Kebutuhan yang kecil hingga yang amat besar. Ayah yang baik adalah ayah yang mengurus anak-anaknya sama seperti ibu mengurus anaknya. Sehingga tidak ada lagi perbedaan diantara keduanya. kekompakan dalam mendidik dan mengurus anak merupakan sebuah keharusan. Dari ibu anak akan belajar kelembutan dan kasih sayang, sedangkan dari ayah anak akan belajar ketegasan dan keberanian.
Saya yakin, anak itu akan cerdas apabila pola asuh orang tuanya juga cerdas. Jangan salahkan anak yang bodoh jika kita sebagai orang tua masih belum becus mengurus anak-anak. Anak menjadi bodoh secara tidak langsung karena pola yang salah, sehingga bukan malah menjadi pintar tapi malah sebaliknya. Anak yang cerdas adalah yang mengetahui kebodohan dirinya dan orang tuanya, kemudian ia belajar untuk tidak hidup dalam kebodohan itu. Semoga bermanfaat….. []
Tetapi berapa banyak orang tua yang peduli terhadap anaknya? Apalagi sang ayah. Ayah merupakan kepala keluarga, tetapi tugasnya hanya mencari nafkah dan terkesan hanya tau beres saja. Justu sang ibu lah yang lebih berperan terhadap perkembangan anak seorang diri. Jadi tak heran jika anak lebih dekat kepda ibunya ketimbang kepada ayah (meski tidak kebanyakan).
Dalam film Taare Zameen Par begitu tampak jelas bagaimana sang ayah yang ingin menjadikan anak keduanya pintar seperti anak pertamanya (kakak). Tetapi sayang, sang ayah yang terkesan hanya ini tau beres, tidak pernah memikirkan keinginan dan kondisi psikologi anaknya. Sehingga sang anak dipaksa untuk menuruti kehendak orang tuanya. Apakah ini pendidikan ?? sebagai praktisi pendidikan, secara tegas saya katakan bahwa yang demikian itu adalah pemeksaan, buan pendidikan.
Dalam pendidikan masa kini, pendidikan harus sesuai dengan bakat dan minat anak. Tidak boleh ada unsur pemaksaan dari pihak manapun, termasuk orang tua. Untuk itu, orang tua harus pintar dalam melihat bakat anaknya. Sang anak tersebut lebih dominan ke yang mana dari delapan kecerdasan yang sudah ada. Apakah lebih ke Linguistik, Musikal, Sparsial, Interpersonal atau yang lainnnya.
Jangan sampai salah menempatkan bakat anak. Cara yang lebih tepat adalah dengan menuruti mana yang ia pilih dari delapan bagian yang ada. Dengan demikian, sudah seharusnya sebagai orang tua memberikan kebebasan untuk anak dalam menentukan pilihannya. Selama pilihan itu tidak keluar dari jalur aqidah sang anak. Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh orang tua sebenarnya disini.
Ibu hanya bertugas mengurus anak, sedangkan ayah hanya mengurus nafkah. Sedangkan ayah hanya terima beres saja, jika ada yang tidak sesuai dengan anak maka ayah akan marah dengan sejadi-jadinya. Tak selayaknya ayah melakukan tindakan seperti itu, padahal yang mengurus anak hanyalah ibu. Saya akan mempersilakan ayah memarahi anaknya apabila ayah juga sama-sama memiliki tugas yang sama dalam mengurus anak-anaknya.
Ingat, ayah itu kepala keluarga. Jadi sudah seharusnya mengerti betul akan semua kebutuhan anak-anaknya. Kebutuhan yang kecil hingga yang amat besar. Ayah yang baik adalah ayah yang mengurus anak-anaknya sama seperti ibu mengurus anaknya. Sehingga tidak ada lagi perbedaan diantara keduanya. kekompakan dalam mendidik dan mengurus anak merupakan sebuah keharusan. Dari ibu anak akan belajar kelembutan dan kasih sayang, sedangkan dari ayah anak akan belajar ketegasan dan keberanian.
Saya yakin, anak itu akan cerdas apabila pola asuh orang tuanya juga cerdas. Jangan salahkan anak yang bodoh jika kita sebagai orang tua masih belum becus mengurus anak-anak. Anak menjadi bodoh secara tidak langsung karena pola yang salah, sehingga bukan malah menjadi pintar tapi malah sebaliknya. Anak yang cerdas adalah yang mengetahui kebodohan dirinya dan orang tuanya, kemudian ia belajar untuk tidak hidup dalam kebodohan itu. Semoga bermanfaat….. []