Jumat, 07 Maret 2014
Posted by Unknown

Roadshow Pertama, Ke Kampung Mayat

Meski kondisi tanah belum kering betul pasca turun hujan, tak menciutkan langkah kami untuk memulai kegiatan roadshow. Sekitar pukul 16.00, projector dicek dan sekaligus dicoba, karena ditakutkan ada yang cacat, dan alhamdulilah ternyata normal. Tapi masalah yang muncul ketika itu muncul ialah kabel untuk suara dari laptop/notebook ke sound tidak pas.

Dari kejadian itulah akhirnya kami mendapatkan satu "amunisi" baru yang sangat luar biasa. Mochamad Syarif itulah nama lengkapnya. Berawal dari kegelisahan untuk mencari sound pengganti yang tadi tidak berfungsi, akhirnya kami malah dapat dua keuntungan sekaligus. Dapat amunisi baru dan ternyata Syarif juga membawa sound yang kami butuhkan.

Kami saling berkenalan, kemudian disampaikanlah visi-misi dan tujuan dari forum pemuda penggerak desa yang kami buat ini. Meski waktu itu Syarif masih agak malu-malu dan banyak diam, kami percaya dibalik diamnya adalah sinyal bahwa ia setuju dengan forum ini. Selesai dari situ akhirnya kami ngobrol kesana-kemari.

Nanti kita berangkat ke kampung Kupluk setelah magrib… tempat ini belum fiks sebenarnya, kalau ada masukan atau usul tempat yang lain silakan… kami sangat senang.” Seketika itu juga, syarif memberikan usul untuk di kampung Mayat. Alasannya waktu sangat sederhana, ada teman sekolah dan kebetulan bapaknya ketua RT (Rukun Tetangga) juga.

Atas masukkan dari Syarif itulah, akhirnya rencana yang sudah kami rancang untuk roadshow ke kampung Kupluk akhirnya di pindah ke Kampung Mayat. Kampung Mayat ini adalah bagian dari desa Panunggulan, tepatnya di sebelah utara kampung Sukasari. Adapun alasan mengapa menggunakan nama Mayat (manusia yang sudah meninggal) kami juga tidak tahu persis asal-muasalnya.

Setelah sholat magrib kami berangkat menuju kampung Mayat. Kami berangkat dengan tiga motor, dan tak lupa menjemput salah satu "amunisi" yang katanya mau ikutan juga, Minarsih namanya. Setelah dijemput barulah kami menuju tempat tujuan. Meski kondisi jalannya rusak dan berlubang tak mengendurkan semangat kami malam itu.

Memulai Acara

Begitu tiba di Kampung Mayat, tak ada yang aneh sedikitpun. Nama kampung Mayat hanya sebuah nama belaka, dan tidak ada kesan angker sama sekali. Malahan para warga pada asyik ngbrol di depan rumahnya dengan tengga yang lain. Hingga kami menghentikan laju sepeda motor, di depan sebuah rumah yang cukup sederhana.

Setelah menyampaikan tujuan kedatangan kami ke ibu RT kami pun diterima dengan baik dan dipersilakan untuk mengisi acara pada malam itu. Ternyata Ibu RT sangat anstusias dan langusng menyuruh anak-anak yang lain untuk bisa datang ke rumahnya. Meski hanya dengan pesan sederhana dan itu mulut ke mulut ternyata sangat efektif. Terbukti, tak butuh waktu lama anak-anak pun datang beramai-ramai.

Anak-anak yang hadir lumayan banyak dan kami memulai acara pukul 20.00. Acara dibuka oleh Kak Amir. Tampil dengan mengenakan topeng monyet sontak membuat anak-anak kaget. Setelah dibuka barulah anak-anak diajak untuk belajar dan bermain. Dan dengan beberapa game dan lagu, anak-anak sudah mulai akrab. Kak amir tidak sendirian, ada Kak Syarif, Kak Mimin dan Kak Asep Juga.

Tak hanya itu, dengan beberapa pertanyaan pun anak-anak sangat antusias untuk menjawabnya. Bagi siapa yang bisa menjawab dengan tepat maka anak tersebut akan dapat hadiah, berupa permen. Meski tak seberapa, tetapi sangat cocok untuk memancing anak-anak dalam menjawab tiap pertanyaan yang Kak Amir lemparkan.

Waktu 15 menit ternyata sudah berlalu, dan kini gantian Kak Asep Budianto yang mengisi. Anak-anak diajak untuk bermimpi dan memiliki cita-cita. Ide ini digagas karena kebanyakan anak-anak kampung itu tahunya ya hanya sekedar jadi guru, dan dokter saja. Padahal banyak cita-cita lain di luar sana.

Tak hanya itu, anak-anak juga diajak untuk bagaimana meraih cita-cita yang mereka inginkan. Kuncinya yaitu kerja keras dan pantang menyerah. Kak Asep selalu bilang “kamu ingin jadi dokter..?? terus usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk menjadi dokter itu sekarang??... atau mata pelajaran di sekolah yang paling kamu sukai apa saja??.. ”

Kak Asep juga mengajak anak-anak untuk menyaksikan kisah anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik tetapi karena kerja keras akhirnya cita-citanya tercapai. Meski mereka dilahirkan tidak memiliki kedua tangan dan bahkan juga ada yang tidak memiliki kaki, mereka sedikitpun tak pernah mengeluh, mereka selalu tersenyum dan yakin untuk hidupnya.

Sebelum ditutup, Kak Asep menyampaikan bahwa semuanya berawal dari mimpi. "Apapun itu pasti diawali dari sebuah mimpi.. maka bermimpilah..."

Setelah acara selesai dan ngobrol dengan tuan rumah, kami pamit dan tak lupa menyempatkan untuk berfoto bareng dengan ibu dan bapak beserta keluarga kecilnya. Semoga kegiatan bisa terus berjalan, "dulu juga pernah ada dari mahasiswa yang KKN.. tapi cuma sekali aja... " papar ibu RT. "insyaallah kalau tiap kampung sudah ada perwakilan kegiatan ini bisa rutin ibu.." inilah jawaban kami saat itu. Kami pun pamit. [Zah]





.

0 komentar "Roadshow Pertama, Ke Kampung Mayat"